Bahasa dan Budaya

Bahasa

Surabaya memiliki dialek khas Bahasa Jawa yang dikenal dengan Boso Suroboyoan. Dialek ini dituturkan di daerah Surabaya dan sekitarnya, dan memiliki pengaruh di bagian timur Provinsi Jawa Timur. Dialek ini dikenal egaliter, blak-blakan, dan tidak mengenal ragam tingkatan bahasa seperti Bahasa Jawa standar pada umumnya. Masyarakat Surabaya dikenal cukup fanatik dan bangga terhadap bahasanya. Tetapi oleh peradaban yang sudah maju dan banyaknya pendatang yang datang ke Surabaya yang telah mencampuradukkan bahasa Suroboyo, Jawa Ngoko dan Madura, bahasa asli Suroboyo sudah punah. Contoh Njegog : Belok, Ndherok : Berhenti, Gog : Paklek/Om, Maklik : Bulek/tante.

Uniknya, Surabaya juga punya umpatan yang lekat sekali dikaitkan dengan kota pahlawan ini. Umpatan itu adalah Jancok (maaf). Ada empat versi asal muasal kata jancok yang tersebar :
- Versi Kedatangan Pedagang Arab : Konon Jancok berasal dari kata Da’Suk. Da’ artinya meninggalkanlah kamu, dan assyu’a artinya kejelekan, digabung menjadi Da’Suk yang artinya tinggalkanlah keburukan. Tapi karena logat dan mulut arek Suroboyo menjadi dilafalkan jancok.

- Versi Penjajahan Belanda : Ada istilah keren diantara orang Indo-Belanda 1930-an yaitu yantye ook yang artinya ‘kamu juga’. Kata-kata mereka ini diplesetkan oleh arek-arek Suroboyo pribumi jadi yanty-ok, yang jika diucapkan kedengerannya jadi Jancok. Kata ini jadi bahan olok-olokan arek pribumi, berkembanglah jadi umpatan.

- Versi Penjajahan Jepang : konon berasal dari kata Sudanco.

- Versi kampung palemahan : Sebagai kampung tertua di Surabaya, palemahan punya klaim sendiri bahwa kata ini asli lahir dari kampung ini. Jancok adalah akronim dari Marijan ngencuk (berhubungan badan). Marijan adalah warga palemahan yang doyan free seks. Pendapat ini bisa diterima dilihat dari oral history-nya


Budaya

Surabaya dikenal memiliki kesenian khas:
  • Ludruk, adalah seni pertunjukan drama yang menceritakan kehidupan rakyat sehari-hari.
  • Tari Remo, adalah tarian selamat datang yang umumnya dipersembahkan untuk tamu istimewa
  • Kidungan, adalah pantun yang dilagukan, dan mengandung unsur humor
Selain kesenian khas di atas, budaya panggilan arek (sebutan khas Surabaya) diterjemahkan sebagai Cak untuk laki-laki dan Ning untuk wanita. Sebagai upaya untuk melestarikan budaya, setiap satu tahun sekali diadakan pemilihan Cak & Ning Surabaya. Cak & Ning Surabaya dan para finalis terpilih merupakan duta wisata dan ikon generasi muda kota Surabaya.
Setiap setahun sekali diadakan Festival Cak Durasim (FCD), yakni sebuah festival seni untuk melestarikan budaya Surabaya dan Jawa Timur pada umumnya. Festival Cak Durasim ini biasanya diadakan di Gedung Cak Durasim, Surabaya. Selain itu ada juga Festival Seni Surabaya (FSS) yang mengangkat segala macam bentuk kesenian misalnya teater, tari, musik, seminar sastra, pameran lukisan. pengisi acara biasanya selain dari kelompok seni di Surabaya juga berasal dari luar surabaya. diramaikan pula pemutaran film layar tancap, pameran kaos oblong dan lain sebagainya. diadakan setiap satu tahun sekali di bulan juni bertempat di Balai Pemuda.

Tidak ada komentar: