Rabu, 25 Juli 2012

Mesin Daur Ulang, Velg dan Ban Impor

SURABAYA - Keberhasilan empat siswa SMK membuat motor gede (moge) mendapat antusias dari seluruh jajaran Dinas Pendidikan Jawa Timur. Sayangnya, moge buatan tiga siswa dari SMK PGRI 2 Ponorogo dan 1 siswa SMK Panti Pamardi Siwi Ngawi itu masih harus daur ulang mesin, dan velg serta bannya pun harus impor, yaitu pesan ke distributor Harley Davidson, dengan biaya yang tidak murah.
Akibatnya, untuk dua ban ini saja menelan biaya Rp 2 juta dan untuk dua velg bisa ditekan karena membeli bekas seharga Rp 3 juta. “Kalau membeli velg yang masih baru dan berkualitas tinggi bisa senilai Rp 24 juta sendiri,” terang Agus Riyanto, instruktur siswa magang di Unit Pelaksana Teknis  Pelatihan dan Pengembangan Pendidikan Kejuruan (UPTP3K), Selasa (24/7).
Untuk mesinnya, keempat siswa dibantu dengan instruktur merakit moge dari mesin dua silinder yang diambil dari mesin mobil Honda Life tahun 70-an. Mesin yang semula berkapasitas 350 cc dimodifikasi menjadi 500 cc. Untuk bahan bakarnya irit, imbuh Agus, karena satu liter bensin bisa dipergunakan sepanjang 25 kilometer. “Kita gunakan mesin yang irit tetapi bisa digunakan dengan kecepatan tinggi pula. Kecepatan bisa sampai 100 kilometer per jam,” imbuhnya.
Untuk bodi, mereka memoles dengan warna dasar merah dan hiasan cat semprot bercorak lidah api. Yang menarik, mereka menciptakan karburator yang irit dan dicocokkan dengan accu yang cukup besar hingga 20 ampere. Untuk melengkapi kesan gede dari sepeda tersebut, diberikan suara keras yang berasal dari karburator dengan diberikan saringan hasil buatan mereka sendiri.
“Ketika digas, suara gemelegarnya bisa dirasakan hingga jarak jauh. Itu yang membuat kendaraan ini khas mogenya,” ujarnya seraya menambahkan total biayanya Rp 20 juta.
Kepala Dispendik Jatim, Harun, menilai hasil karya dari para siswa yang magang di UPTP3K ini tak untuk dilelang atau diperjualbelikan. Selama ini memang, Dispendik Jatim selalu mendukung dan memotivasi agar para pelajar ini lebih bersemangat dalam membuat karya. Sehingga, untuk ketentuan penyelenggaraan magang ini semata-mata untuk belajar dan tidak untuk diproduksikan. “Tidaklah, ini kan hasil karya bukan hasil kerja. Jadi tidak akan dijual,” tandasnya.(sumber : www.surabayapost.co.id)

Tidak ada komentar: