Kamis, 07 Juni 2012

Surabaya, Kota Teraman dan Nyaman di Indonesia


Beruntung saya tinggal di Sidoarjo dan bekerja di Surabaya yang aman dan damai. Selama hampir 20 tahun menjadi pendatang di Surabaya, hampir tidak pernah terjadi kerusuhan yang berarti yang diakibatkan oleh organisasi pemuda dan sejenisnya. Walaupun secara bahasa, Surabaya lebih kasar daripada wilayah Jawa lainnya, namun tidak tercermin dari perilakunya yang ikut kasar juga. Mungkin konflik di Surabaya sudah terwakili di simbol pertarungan Sura (hiu) dan Buaya, yang menjadi maskot kota ini.
Coba perhatikan daerah lain di Indonesia. Ada banyak aksi anarkis yang dilakukan oleh sekelompok massa. Mulai dari ormas berlabel daerah, agama, hingga yang mengaku sebagai kaum nasionalis-pancasilais. Bahkan konyolnya lagi, aksi anarki dan tawuran dilakukan oleh kelompok mahasiswa yang masuk kelompok berpendidikan. Memang sih, orang berpendidikan belum tentu juga orang beretika dan bermoral.
Memang di Surabaya ada Bonek (bondo nekat) — kelompok suporter Persebaya yang lebih banyak didominasi oleh remaja dan anak kecil. Se-nekat dan se-nakalnya para bonek, tidak sampai membuat huru-hara yang membuat masyarakat takut dan cemas. Itupun masuk katagori kenakalan anak atau kenakalan remaja biasa.
Berbeda bila yang nakal dan bikin kerusuhan itu Pemuda Pancasila (PP), FBR (Forum Betawi Rempuk), FPI (Front Pembela Islam), Gibas (Gabungan Inisiatif Anak Siliwangi) dan organisasi massa lainnya. Anggota mereka terdiri dari pemuda, orang tua yang mengaku muda, dan beanr-benar orang tua. Namun kadang kala, perilaku mereka lebih kekanak-kanakan daripada para Bonek. Itu yang sering kita saksikan di tayangan televisi. Bila diperhatikan lebih jauh, kelompok-kelompok ini lebih mirip mafia dengan mengandalkan kekuatan massa.
Baiklah, saya coba menginventaris beberapa daerah yang memiliki organisasi massa ‘ajaib’.
Jakarta. Sebagai ibukota negara, sangat wajar bila kemudian Jakarta menjadi tempat berkumpulnya masyarakat dari berbagai daerah dan etnis. Mereka juga membuat organisasi atau forum yang bisa membela dan melindungi kepentingan mereka bersama di daerah perantauan. Tidak heran bila ada kelompok Ambon, Kelompok Makassar, Kelompok Madura, dan berbagai kelompok lainnya. Salahsatu kelompok yang merasa sebagai pemilik sah kota Jakarta adalah FBR (Forum Betawi Rempuk). Mereka adalah orang-orang Betawi asli yang saat ini banyak mendiami pinggiran kota Jakarta. Terakhir mereka bentrok dengan Pemuda Pancasila dan hingga saat ini masih seperti api dalam sekam. Baca berita: Forum Betawi Rembuk (FBR) Razia Ormas.
Bandung. Kota ini saya perhatikan termasuk kota yang paling banyak punya gank motor. Tak heran bila kasus-kasus kejahatan gank motor mulai dari bulliying, perampasan, pencurian dan pembunuhan, banyak terjadi di Bandung. Beberapa gank motor seperti Brigez, XTC, dan Yegen. Gank motor ini menyebar tidak hanya di Bandung, tetapi juga merambah wilayah Jawa Barat dan perbatasan lainnya. Selain gank motor, Bandung juga punya beberapa organisasi massa seperti Gibas yang kemarin nyaris bentrok dengan polisi akibat markas mereka akan diekseksi oleh pengadilan.
Madiun. Kota ini memiliki 2 perguruan silat besar yaitu Setia Hati Winongo, Setia Hati Terate dan Setia hati Panti. Awalnya berasal dari PSH (Perguruan Setia Hati) yang didiriakan pada tahun 1900-an, sebelum pecah atau memisahkan diri menjadi PSH Terate dan Winongo. Pengikut mereka yang militan sering kali bentrok. Terutama antara pengikut Terate dan Winongo yang tersebat di Madiun, Lamongan, Bojonegoro dan sekitarnya. Hampir setiap tahun terjadi tawuran antar kedua kelompok ini. Terakhir PSH Winongo bentrok dengan PS Kera Sakti.
Makassar. Bentrok massa di Makassar lebih banyak diwarnai oleh konflik antar mahasiswa dan mahasiswa dengan polisi. Namun konflik yang paling menonjol justru konflik antar mahasiswa dalam kampus yang sama. Kedewasaan mereka sebagai mahasiswa terbilang aneh untuk ukuran normal. Hanya gara-gara wanita, mahasiswa satu fakultas bisa menyerang fakultas yang lain hingga main pukul-pukulan, bunuh-bunuhan dan bakar-bakaran. Katanya sih atas nama solidaritas. Kasus terakhir yang cukup menonjol adalah terbakarnya gedung Unhas akibat konflik antara mahasiswa Teknik dengan Kehutanan.
Ambon dan Maluku. Sejak meletusnya konflik berdarah di Ambon, sepertinya Ambon adalah kota yang paling rawan tersulut api konflik massabernau SARA. Sedikit saja isue pemukulan apalagi hingga pembunuhan antara kelompok putih dan kelompok merah, Ambon akan kembali mencekam seperti pada tahun 1999. Terakhir konflik yang sampai merenggut 5 nyawa dan 230 rumah dibakar, terjadi di Saparua Haruku karena masalah sepele yaitu penetapan tanggal peresmian rumah adat Salampessy.
Surabaya sebenarnya juga dihuni oleh organisasi massa seperti PP (Pemuda Pancasila), Pusura, FPI (Front Pembela Islam) Surabaya, Ikamra (Ikatan Keluarga Madura) dan beberapa paguyuban lainnya. Namun nyaris tidak pernah ada kejadian menonjol yang membuat warganya resah akibat ulah organisasi massa atau organisasi pemuda lainnya.
Jadi buat saya, Surabaya dan sekitarnya masih merupakan kota teraman dan nyaman di Seluruh Indonesia. Selain minimnya konflik, Surabaya juga masih murah meriah, baik dari segi penginapan dan terutama makanan seperti yang saya tuliskan pada Wow, Sehari Bisa Laku 400 Bungkus dan Sidoarjo Kota Termurah?. Jadi mari bersyukurlah mereka yang tinggal di Surabaya dan Sidoarjo ya.
Bagaimana dengan kota Anda? Atau mungkin justru Anda sendiri sumber biang keroknya? Semoga tidak ya.
Surabaya, Kota Teraman dan Nyaman di Indonesia. (sumber : www.berita-terbaru.com)

Tidak ada komentar: